BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam pendidikan
anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak berada di dalam
hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah
laku, watak, moral dan pendidikan anak (Kartono, 2001).
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama
bagi anak-anak mereka, karena dari orang tualah anak mula-mula menerima
pendidikan. Bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.
Orang tua adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak (Daryati R,
2009).
Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut
Idris dan Jamal (2004) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan
keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika,
kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan.
Selain itu peranan keluarga adalah mengajarkan
nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah
(Semiawan C.R, 2000).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila
orang tua berperan dalam pendidikan, anaknya menunjukkan peningkatan prestasi
belajarnya, diikuti dengan perbaikan sikap, stabilitas sosio-emosional, kedisiplinan,
serta aspirasi anaknya untuk belajar (NCES: 1998 dalam Daugherti dan Kurosaka :
2002).
Peranan ayah menjadi sangat penting bagi
pendidikan anak mengingat semakin banyak ibu yang menjadi wanita karir atau bekerja
sehingga kesempatan, perhatian dan perlakuannya terhadap anak menjadi
berkurang.
Ayah dapat berperan penting
bagi perkembangan kepribadian anak, baik sosial, emosional, maupun
intelektualnya. Pada diri anak akan tumbuh motivasi, kesadaran dirinya, dan
identitas skill serta kekuatan atau kemampuan-kemampuannya sehingga memberi
peluang untuk sukses dalam belajar, identitas gender yang sehat, perkembangan
moral dengan nilai dan sukses lebih primer dalam keluarga. Pengaruh peran ayah
yang paling kuat terhadap presatasi belajar anak dan hubungan sosial yang
harmonis.
Menurut National Parent Teacher
Asosiation (2002) manfaat peran ayah bagi anak adalah makin baiknya tumbuh
kembang anak secara fisik, sosio-emosional, keterampilan kognitif, pengetahuan
dan bagaimana anak belajar sehingga prestasi belajarnya lebih tinggi, kehadiran
sekolah lebih tertib serta aktif, bersikap lebih positif terhadap sekolah,
masuk ranking dan tamat dengan memasuki SMA favorit.
Hasil penelitian US
Departement of Education yang di acu Word Elementary Dad’s Club (2002)
diperoleh bahwa siswa-siswa yang mendapat nilai A ternyata 51 % ayah dan ibu
yang berperan tinggi, atau 48% hanya ayah saja yang berperan tinggi, atau 44 %
hanya ibu saja yang berperan tinggi dan atau 27% baik ayah maupun ibu yang
berperan pada aras yang rendah. Sedangkan dikalangan siswa yang tinggal kelas,
6 % saja yang baik ayah maupun ibu berperan tinggi, atau 9% hanya ibu saja yang
berperan tinggi, dan atau 21% baik ayah maupun ibu yang berperan rendah.
Ditemukan juga bahwa dikalangan siswa yang mendapat nilai A, separuh siswa
ternyata hanya ayahnya saja yang berperan tinggi, dan sepertiga siswa ternyata
ayahnya hanya berperan rendah.
Sejauh ini di Indonesia
khususnya, belum banyak penelitian tentang profil orangtua yang sukses dalam
mendidik anak. Beberapa penelitian korelasional telah dilakukan untuk
mengungkapkan pola asuh sebagai variabel bebas (Wulan, 2000). Dari
penelitian-penelitian itu diketahui bahwa pola asuh yang baik menjadikan anak
memiliki intensi prososial kompetensi
social, prestasi belajar, penyesuaian diri, ketaatan pada peraturan lalu
lintas, kepribadian wirasawasta, yang lebih tinggi dibanding anak-anak yang
memperoleh pola asuh yang buruk dari orangtua.
mau lebih lengkap CP :085768180036
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar